Kutipan legendaris dari filsuf Prancis René Descartes berbunyi, “Hidup tanpa berpikir adalah seperti kapal tanpa kemudi.” Meskipun Descartes hidup pada abad ke-17, pesan ini tetap menggema hingga zaman modern yang serba cepat dan penuh distraksi.
René Descartes dikenal luas sebagai Bapak Filsafat Modern. Ia adalah sosok di balik frasa terkenal lainnya, “Cogito, ergo sum” atau “Aku berpikir, maka aku ada.” Namun, kutipan tentang hidup dan berpikir sebagai kapal dan kemudi justru menyampaikan pesan yang lebih membumi dan mudah dipahami oleh siapa saja.
Mengapa Kutipan Ini Masih Relevan?
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terjebak dalam rutinitas dan autopilot – bangun, bekerja, tidur, lalu ulang lagi. Banyak orang yang “berjalan” dalam hidup, tetapi tanpa benar-benar tahu arah atau tujuan yang ingin dicapai. Di sinilah Descartes mengingatkan pentingnya berpikir sadar. Tanpa proses refleksi, tanpa pertanyaan terhadap apa yang kita lakukan, hidup bisa terasa kosong – seperti kapal yang terapung-apung di laut, tanpa tahu ke mana harus berlabuh.
Pentingnya Berpikir di Era Digital
Di tengah banjir informasi saat ini, kemampuan berpikir kritis menjadi sangat penting. Media sosial, algoritma, dan konten cepat sering kali membuat kita menerima informasi mentah-mentah tanpa memprosesnya terlebih dahulu. Padahal, seperti kata Descartes, tanpa berpikir, kita mudah terseret arus – entah oleh opini orang lain, tren sesaat, atau tekanan sosial.
Refleksi: Apakah Kita Sedang Mengemudikan Kapal Kita Sendiri?
Pertanyaan ini layak kita renungkan. Apakah kita benar-benar membuat keputusan berdasarkan pemikiran dan nilai pribadi, atau hanya mengikuti arah angin yang bertiup kencang? Apakah kita hidup secara sadar, atau sekadar menjalani hari demi hari tanpa arah?
Kesimpulan: Kutipan Descartes bukan hanya untuk para filsuf atau akademisi. Ia adalah pengingat untuk siapa saja – bahwa berpikir, merenung, dan memahami arah hidup adalah kunci agar kita tidak sekadar “mengapung” dalam kehidupan ini. Karena hidup tanpa berpikir, seperti kata Descartes, hanyalah kapal yang tersesat di tengah lautan luas.
